Senin, 02 Mei 2011

Terjebak Dalam Cinta Yang Terlarang (3)

Biar tidak terlalu penasaran, disini kita sedikit membahas tentang pria tersebut. Dia adalah seorang mahasiswa dikampus yang sama dengan Aco dan Aca,. mahasiswa yang berasal dari negeri seberang. Ternyata pria tersebut pun telah memiliki seorang kekasih yang sama berasal dari negeri yang sama, yang malahan lama hubungan pacaran mereka lebih lama lagi dibandingkan dengan Aco dan Aca, pada saat terjadi masalah tersebut, kurang lebih hubungan mereka telah berjalan 6 tahun lamanya, 2 tahun lebih lama dibandingkan dengan Aco dan Aca.

Back to story...

Beberapa hari telah berlalu. Hubungan yang dimiliki antara Aco dan Aca pun masih dalam keadaan renggang. Terlebih, Aca pun selalu menegaskan dengan serius bahwa memang ia ingin berpisah dari Aco. Aco pun tak siap dengan kondisi saat itu, ia benar-benar tidak bisa kehilangan sosok wanita yang begitu ia cintai. Aco selalu berusah menjelaskan kepada Aca agar hubungan ini tetap dipertahankan dulu, namun Aca selalu mengajukan pertanyaan mengenai solusi hubungan mereka yang tak kunjung menemukan titik terang. Aco pun tak tahu harus meyakinkan Aca dengan cara apalagi tentang perasaannya tersebut. Terlebih, Aca pun mengatakan bahwa ia sudah tidak memiliki perasaan apa-apa lagi kepada Aco, ia hanya iba terhadap kondisi Aco pada saat itu, sehingga ia masih ingin bersamanya. Perasaan kecewa yang begitu besar melakat pada diri Aco. Sungguh, ia tak tahu harus berbuat apa lagi dengan kondisi yang seakan membunuhnya secara perlahan-lahan tersebut.

Aco pun masih penasaran terhadap hubungan antara Aca dengan pria tersebut. Terlebih, ditambah dengan niat Aca yang benar-benar ingin berpisah darinya. Akhirnya, Aco mencoba untuk menghubungi pria tersebut dengan maksud ingin bertemu dengannya dan hanya sekedar ingin bertukar pikiran, tanpa ada emosi. Selalu saja pria itu menolak ajakan Aco untuk bertemu, namun Aco selalu meyakinkannya bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Maklum, sebelumnya memang mereka sering mengobrol dikampus semasa Aco masih kuliah dulu. Akhirnya, pria itu pun mau untuk bertemu dengan Aco. Disuatu tempat akhirnya mereka bertemu, pada saat itu pria tersebut datang bersama kekasihnya. Disana mereka mengobrol dengan santainya, didalam obrolannya itu, Aco selalu menanyakan dan memastikan kembali hubungan pria tersebut dengan Aca selama ini. Dan selalu saja dijawab dengan kalimat yang sama bahwa mereka cuma berteman biasa saja, dan tidak ada hubunganan apa-apa. Namun, sekali lagi, Aco tidak dengan begitu saja mempercayainya.

Hingga pada suatu hari, kira-kira selang 2 minggu lamanya sejak malam tragedi tersebut. Aco pun mencoba untuk mengajak Aca bercerita, mencoba untuk mengajak Aca berterus terang tentang pria tersebut. Tak disangka, akhirnya Aca pun mau membuka mulutnya, dan tanpa basi-basi, ia pun bercerita,”Sebenarnya saya juga tidak mengerti, katanya dia sudah suka sama saya sejak pertama kali melihat saya dikampus.”

“Makanya, pada saat dia mengambil mata kuliah ulang, dia selalu memilih untuk satu kelas dengan saya,” tambahnya lagi.

“Apa? Jangan percaya bualannya dia tuh!” bantah Aco terhadap pengakuan Aca tersebut.

“Masa dia bisa tau, Aca ambil mata kuliah yang mana dan kelasnya apa? Secara, semua itukan sudah diatur oleh sistem. Kecuali sebelumnya Aca bilang ke dia, kalau Aca mau ngambil mata kuliah ini dan ikut dikelas yang ini,” tambah Aco sambil menjelaskan tentang sistem pengambilan mata kuliah dan kelas yang ada dikampusnya itu.

“Bener juga ya,” sahut Aca yang baru sadar bahwa memang dia telah dibohongi.

Permasalahan semakin kian menitipis. Namun, tetap saja hubungan antara mereka serasa berada diujung duri yang lancip. Tak ada lagi keharmonisan yang tercipta bagaikan waktu yang telah berlalu, dimana tumpuan dan sandaran selalu mereka hadirkan disaat gundah menghampiri atapun tawa dan canda tercipta diantara wangi-wangi cinta mereka miliki.

It’s time...

Tibalah saatnya dimana Aca akan diwisuda. Kedua orang tua beserta kedua adiknya yang paling kecil pun telah tiba dari pulau seberang beberapa hari sebelum hari H tersebut. Namun, dihari istimewa itu pun Aco merasa tak sebahagia layaknya Aca dan keluarganya. Bagaimana tidak, dihari itupun, pria tersebut ikut di wisuda pula. Aco benar-benar sudah tidak ingin lagi melihat orang yang telah membuat hidupnya menjadi serasa singkat. Namun, mau tak mau, ia terpaksa dan memang sangat berbahagia atas resminya gelar sarjana yang disematkan pada orang yang sangat dicintainya itu.

“Waduh, salah duduk nih aku,” ujar Aco dalam hati ketika masuk dan duduk didepan kedua orang tuanya Aca, karena kursi yang kosong memang hanya tinggal itu saja yang ada didekat orang tuanya Aca.

Ya, Aco didalam ruangan wisuda tersebut, duduk persis dibelakang kekasih pria tersebut. Dimana Aco sendiri berusaha agar tidak melihat atau bertemu dengan manusia-manusia sejenis itu. Didalam ruangan tersebut, Aco selalu berusaha mengalihkan pandangannya ke tempat lain, mencoba mencari pemandangan yang lebih enak lagi. Sesekali, ia menoleh kebelakang dan melakukan obrolan-obrolan kecil dengan orang tuanya Aca. Prosesi wisuda telah dilaksanakan. Tibalah waktunya untuk mengucapkan selamat kepada para wisudawan pada saat itu. Terlebih, pada saat itu, ada beberapa teman seangkatannya Aco yang ikut diwisuda.

“Selamat ya sayang, sekarang sayang sudah resmi menyandang gelar ST,” begitulah ucapan selamat yang diberikan oleh Aco kepada Aca.

“Mana orang yang wisudain tadi pejabat tinggi negara pula,” tambahnya dengan bangga.

“Iya, makasih ya sayang,” jawab Aca dengan mimik yang berbahagia karena sudah resmi menjadi Sarjana Teknik.

Suasana didalam gedung wisuda saat itu sangatlah ramai. Seperti akan datang badai yang besar, kilatan cahaya menerangi seisi ruangan. Ya, semua orang yang berbahagia pada hari itu, sibuk mengabadikan moment terpenting ini. Tak disia-siakan lagi, semuanya berpose dengan gayanya masing-masing dalam sesi pemotretan. Muka bahagia, terharu karena bangga, senyum yang lebar dan memamerkan gigi, lengkap semua didalam ruangan ber-AC tersebut. Mulai berpakaian jas lengkap, pakaian safari, batik, kebaya, hingga pakaian formal lainnya pun ada didalam ruang tersebut. Hari itu, merupakan hari yang benar-benar tak terlupakan seumur hidup. Termasuk Aco yang selalu yang mengenangnya, antara bahagia atau was-was karena pria tersebut. Namun, selama dalam pantauannya, tak ada sedikit pun gerik-gerik yang mencurigakan dari Aca. Bagiamana tidak, Aco selalu berusaha berada disisinya Aca, atau selalu memantaunya dari sisi yang jauh disaat Aca mengucapkan selamat kepada rekan-rekan wisuda yang lainnya atau hanya sekedar ingin berfoto bersama. Suasana di gedung itu pun kian menyepi, satu persatu orang yang ada beranjak meninggalkan ruangan tersebut. Aco dan Aca beserta rombangan kecilnya pun beranjak dari sana. Hari berbahagia itu pun akhirnya ditutup dengan Aca makan bersama di sebuah restoran pemancingan letaknya yang tak jauh dari tempat tinggalnya Aca. Tempat yang sering mereka berdua datangi sebelumnya.

Ijasah S-1 kini telah berada ditangannya Aca, kini Aco dan Aca seri dalam sebuah jenjang kehidupan. Masing-masing kini telah memiliki predikat pendidikan yang sama, hanya berbeda nilai, dimana Aca termasuk orang yang lebih pandai dibandingkan Aco.

“Waduh, was-was nih. Kira-kira kita tembus seleksi administrasi Departemen Transportasi gak ya?” tanya Aca yang memang was-was menanti hasil seleksi administrasi disebuah departemen yang ada di Indonesia.

“Optimis saja, pasti kita tembus kok,” jawab Aco dengan nada santai namun tetap was-was juga.

Kebetulan pada saat itu sedang dibuka penerimaan CPNS pada sebuah departemen, mereka berdua pun mendaftarkan diri, karena memang kebetulan jurusan langka yang mereka miliki, salah satunya hanya ada pada departemen tersebut.

Abi pun turut mendaftarkan dirinya. Dialah orang yang paling was-was pada saat itu. Waktu itu, Aco sudah memaafkan Abi, dan menyesali perbuatannya yang telah menampar Abi.

“Horeeeee... Ternyata kita semua tembus seleksi administrasi,” teriak Abi dengan gembiranya.

“Selamat ya mas, selamat ya Ca,” tambahnya sambil menyalami Aco dan Aca.

“Trus, nanti kalau tes tertulisnya bagaimana mas?” tanya Abi yang seolah-olah langsung ingin mempersiapkan diri untuk menghadapi tes selanjutnya yang akan dilaksanakan 2 minggu kemudian.

“Ya, pokoknya materinya itu tentang substansial, pengetahuan umum, matematika, bahasa, dan logika,” jelas Aco kepada Abi yang disimak pula oleh Aca.

Ya, ini merupakan tahun kedua bagi Aco dalam mengikuti tes penerimaan CPNS di departemen tersebut.

Tibalah waktu dimana ujian tertulis dilaksanakan. Kurang lebih pukul 12 malam, Aco dan Aca berangkat menuju lokasi tes menggunakan kendaraan roda dua milik Aca. Maklum saja, lokasi tes tersebut berada jauh diluar kota, tepatnya dikota tetangga. Dalam perjalanan mereka berdua sempat mendapat kendala, dtiterpa oleh hujan abu gunung api. Ya, pada saat itu memang sedang terjadi erupsi gunung berapi yang berada disisi utara kota yang mereka tempati. Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang yang begitu berarti bagi mereka berdua dalam perjalanannya itu. Perjalanan tetap dilanjutkan hingga mereka pun tiba dengan selamat di kota tujuan.

Waktu menunjukkan pukul 3 pagi saat mereka tiba di kota tujuannya itu. Mereka pun sempat bingung mencari penginapan untuk mereka melapas lelah seraya membersihkan tubuh dari tebalnya abu gunung api yang menempal dikulit mereka. Hampir semua penginapan di kota tersebut penuh terisi oleh ribuan orang yang juga akan mengikuti tes CPNS tersebut. Agak sedikit menjauh dari lokasi tes, mereka pun mendapatkan penginapan yang mereka cari. Disitulah mereka beristirahat sembari kembali mempelajari beberapa materi dari buku yang telah dibeli oleh Aca sebelumnya. Hingga tak lama kemudian mereka tertidur dengan sendirinya.

Pagi telah tiba, matahari dengan kokohnya telah menyinari kota yang penuh dengan bukit tersebut. Aco dan Aca pun segera bersiap-siap untuk berangkat menuju lokasi tes yang jaraknya beberapa kilometer dari penginapan tersebut. Mereka berdua pun terjebak dalam sebuah kemacetan, namum untungnya, merka berdua menggunakan kendaraan roda dua. Bagaimana tidak? Jalan menuju lokasi tes merupakan jalan kecil yang hanya selebar kurang lebih 3 meter saja. Jalan tersebut pagi itu berubah menjadi jalur satu arah, dimana kendaraan pribadi mulai dari roda empat hingga roda roda, semua berjalan merayap menuju lokasi tes tersebut. Aca dan Aco pun akhirnya dengan teliti da seksama mengikuti ujian tertulis tersebut. Hingga pada waktunya, mereka menunggu untuk melihat hasil tes yang telah mereka ikuti melalui media internet. Seminggu lamanya mereka menunggu. Perasaan cemas dan was-was kembali melekat dijiwa mereka. Alhasil, apa yang mereka nantikan datang juga. Melalui sebuah dokumen PDF yang mereka download melalui website resmi milik departemen tempat mereka mendaftarkan diri, Aco dan Aca secara perlahan-lahan membaca urutan nama yang ada didalam, seraya mencari adakah tertulis nama mereka diantara orang-orang yang beruntung lainnya.

“Mana nih? Nama kita kok gak ada?” tanya Aca kepada Aco dengan perasaan kecewa.

“Yah, bener-bener nama kita tidak ada nih,” ujar Aco dengan perasaan yang sama, kecewa.

Betul sekali, mereka berdua ternyata tak seberuntung urutan nama-nama yang ada didaftar tersebut. Nama mereka berdua tak ada satupun yang tercantum didalam pengumuman elektronik tersebut. Mereka ternyata tak dapat untuk melanjutkan untuk mengikuti tahapan tes selanjutnya.

“Ya sudahlah, tahun depan daftar lagi,” ujar Aco dengan harapan bahwa tahun depannya lagi akan mengikuti tes serupa.


Halaman 2<< >>Halaman 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Protected by Copyscape Online Plagiarism Test
Jangan lupa untuk meninggalkan komentar -cacian- setelah Sahabat membaca Tulisan dibawah ini yah...



Copyright (c) 2008-2011 by Ikhwal a.k.a Adham
All Right Reserved

Contact ikhwal_85@yahoo.com atau ikhwal_st@yahoo.com